Kandungan gizi makanan tradisional lebih baik dari makanan modern, kata pengajar Jurusan Gizi Poltekkes Yogyakarta, Joko Susilo, dalam puncak acara Festival Makanan Tradisional di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Minggu (1/11).
Ia mengatakan, kandungan gizi makanan tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alami, kalau pun menggunakan pewarna atau pengawet, kebanyakan berasal dari bahan alami sehingga tidak mengurangi kandungan gizi makanan.
"Kalau ditanya kenapa makanan tradisional justru semakin ditinggalkan dan masyarakat memilih makanan modern atau cepat saji, itu disebabkan turunnya citra makanan tradisional. Citra makanan tradisional dinilai sudah ketinggalan zaman atau kurang modern," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Yulia Rustiyaningsih menyatakan optimistis makanan tradisional akan tetap bertahan asalkan ada promosi dan pengenalan yang lebih gencar serta pengemasan yang lebih menarik.
"Apalagi makanan tradisional di Yogyakarta sudah terkenal," katanya.
Ia menegaskan, makanan tradisional Yogyakarta berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi wisata kuliner karena potensinya dapat disejajarkan dengan kerajinan.
"Oleh karena itu kami berupaya untuk menggelar festival makanan tradisional ini setiap tahun. Ini adalah penyelenggaraan ke-10," katanya.
Kepala Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Disparbud Kota Yogyakarta Bysry Romley menyatakan, festival makanan tradisional merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan Pemkot Yogyakarta untuk melestarikan dan mengembangkan makanan tradisional.
Ia mengatakan, festival makanan tradisional tersebut akan dibagi dalam dua kelompok, yaitu profesional dan nonprofesional dengan menu makanan yang berbeda.
"Khusus untuk kalangan profesional, menu makanan yang diikutkan dalam festival adalah menu makanan lengkap, sedangkan nonprofesional adalah menu makanan lengkap atau kudapan dan minuman," katanya.
Menurut dia kalangan profesional yang mengikuti festival tersebut berasal dari hotel, restoran, rumah makan, dan jasa boga atau katering.
Sedangkan dari nonprofesional untuk masyarakat umum atau pecinta makanan tradisional serta perajin yang tergolong industri rumah tangga.
Ketua Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJBI) Yogyakarta Dwi Murdianto menyatakan kriteria penilaian meliputi rasa, kemasan dan kebersihan dalam pengolahan makanan. (An/At/Fz)
http://www.berita8.com/news.php?tgl=2009-11-02&cat=4&id=16140
- Recent Posts
- Comments
link ads
Photos on Flickr
Advertisement